Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kenali Karakter Diri dari Sudut Pandang Orang Tua

Bismillahirrohmannirrohim

Setelah menyelesaikan tantangan hari ke 1, masih tentang Self Awareness, Mengenal Diriku, Mempengaruhi Cara Pengasuhanku. Kini saatnya masuk hari ke 2. Dalam tantangan kali ini kami diberikan dua pertanyaan yang cukup singkat, namun jawabannya sudah lama terpendam. Pertanyaan ini tentu akan berpengaruh kepada pola asuh saya sebagai orang tua saat ini. 

Sejak kecil saya tumbuh bersama kedua orang tua, tanpa ada pengasuh di rumah. Saya merupakan anak tunggal jadi tidak merasakan ada saudara sekandung di dalam rumah. Kasih sayang kedua orang tua saya tentu saja semua tercurahkan kepada saya, namun itu tidak membuat saya menjadi anak manja. Keluarga kami hidup sederhana, tidak kaya namun juga tidak miskin. Rumah saya sangat dekat dengan kakek nenek dan saudara lainnya. Mungkin kalau dihitung-hitung satu desa hampir saudara semua. Tinggal dekat dengan keluarga tentu banyak kelebihannya, namun bukan berarti tidak terdapat kekurangannya. Beginilah yang tersimpan dalam ingatan tentang diri saya.

Tantangan Zona 1 Hari Ke-2  Apa yang orang tuaku katakan tentang diriku?

1. Apa yang ibumu sering katakan tentang dirimu?

   Ibu saya merupakan seorang yang tegas dan berprinsip. Beliau selalu menasehati saya tentang banyak hal, meski kadang cara menasehatinya dengan marah-marah tetapi saya paham apa yang dia ucapkan adalah yang terbaik untuk saya. Ketika kecil saya merupakan anak yang penakut sehingga kadang ibu sering bilang kalau saya penakut, ya jelas saja ke kamar mandi saja yang di dalam rumah saya harus diantar bahkan ketika sekolah TK saja tidak mau ditinggal pulang. Label penakut sempat saya terima, namun lambat laun alhamdulillah label itu hilang ketika saya beranjak dewasa.

Tinggal dekat dengan saudara membuat ibu saya sering membanding-bandingkan saya dengan saudara saya lainnya. Saya tahu mungkin maksud ibu untuk menyemangati saya agar lebih baik, tetapi dengan cara yang kurang tepat. Saya pahami itu karena memang dulu ibu saya tidak belajar bagaimana ilmu parenting cara menyemangati anak dengan baik. Perasaan sesaklah yang saya dapatkan karena saya tidak pandai dan piawai menjawabnya, hanya diam dan menceritakannya dengan buku diary yang saya miliki. Ibu juga jarang memberikan pujian terhadap prestasi yang saya dapatkan, bahkan saya teringat ketika pulang sekolah mendapat nila 90. Dengan bangganya saya memamerkan hasil tersebut, tetapi ibu malah menjawab harusnya dapat 100. Padahal nilai tersebut adalah nilai tertinggi di kelas saat itu. Ya seperti itulah ibu di depan saya, meski padahal di belakang saya beliau membanggakan saya di depan keluarga karena saya sempat tidak sengaja mendengarnya.

Ibu juga sering melarang saya untuk melakukan ini dan itu, apalagi yang berbahaya atau tidak lazim dilakukan oleh seorang anak perempuan. Saya merasa ibu sangat over protectiv dan saya baru menyadarinya sekarang kalau itu adalah caranya melindungi. Tapi di usia saya saat itu justru merasa ingin tahu dan penasaran untuk mencoba hal baru. Perlakuan ibu membuat saya tidak bisa dekat dengannya, saya jadi takut bercerita tentang apapun dengannya. Namun ketika beranjak dewasa dan saya harus tinggal berjauhan dengan orang tua karena menuntut studi di luar kota membuat saya akhirnya bisa dekat dengannya. Ibu berbeda, dia menjadi lebih memahami saya, banyak bertanya tentang apa yang saya rasakan, apa yang saya ingin lakukan. Akhirnya ibulah teman curhat yang paling nyaman hingga saat ini. Apapun yang dilakukannya ketika di masa lalu, saya bisa memetiknya sekarang ketika sudah menjadi seorang ibu, semua yang diucapkannya benar hanya saja mungkin cara penyampaiannya saat itu kurang tepat. Terima kasih ibu, engkau selalu menjadi panutanku.      

2. Apa yang ayahmu sering katakan tentang dirimu?

   Ayah atau bapak lebih sering saya memanggilnya. Bapak merupakan orang tersabar di dunia ini yang pernah saya temui. Dalam ingatan saya tidak pernah sekalipun beliau membentak dan berkata kasar, apalagi main tangan. Bapak selalu menasehati dengan tenang dan tanpa emosi. Bapak tidak banyak bicara seperti ibu, apa yang dia ingin tanyakan tentang saya biasanya dilontarkan lewat ibu. Bapak selalu mengantar dan menjemput saya kapanpun saya memintanya, hujan badai panas terik tidak menjadikan halangan baginya. Tidak ada kata mengeluh dalam kamus bapak, bahkan ketika sakitpun beliau tidak pernah mengeluh.

Melalui bapak saya belajar tentang on time, satu pesannya yang selalu saya ingat "jangan berangkat mepet mepet, lebih baik datang lebih dulu"Pesan ini yang selalu saya bawa sampai saat ini, seperti sudah mendarah daging. Meskipun saya orangnya yang kadang lelet dan tidak bisa cekatan, saya berusaha menyiapkan apapun sebelum berangkat agar tidak sampai terlambat. Satu celetukan bapak yang saya ingat, kalau makan jangan lama lama nanti ketinggalan kereta, ya karena saya dulu kalau makan bisa sejam sendiri karena diemut terus tidak ditelan, kadang saya hampir lupa kalau sedang makan. Kalimat itu bermakna bahwa jadi anak jangan lamban agar tidak tertinggal oleh teman yang lain. Qodarullah ketika SMA mendapatkan sahabat yang makannya super cepat, sejak saat itulah saya jadi anak yang lebih cepat dalam hal makan dan lainnya. Mungkin ini salah satu doa dari bapak. Terima kasih bapak, engkau adalah cinta pertamaku.

Begitu banyak cerita dan kenangan indah bersama orang tua dan keluarga. Hidup di desa dengan segala adat dan istiadatnya tidaklah mudah. Namun dari sinilah saya terbentuk menjadi pribadi yang sekarang ini. Adapun baik dan buruknya perlakukan keluarga terhadap saya biarlah saya yang mengenangnya. Saya akan berjalan terus ke depan, mengambil apa yang baik dan meninggalkan apa yang buruk. Saya bersyukur di usia yang sudah menginjak kepala tiga ini masih diberikan orang tua yang sehat dan keluarga yang selalu menyayangi. Meski kami berjauhan tapi doa tak pernah luput saya panjatkan kepada kedua orang. Semoga suatu saat nanti kami bisa hidup berdekatan dan saya mampu merawat mereka di hari tuanya nanti. Aamiin.

Eva N. - Regional Karawang

#tantanganzona1

#bundasayang8

#institutibuprofesional

#ibuprofesionaluntukindonesia

#bersinergijadiinspirasi

#ip4id2023

Post a Comment for "Kenali Karakter Diri dari Sudut Pandang Orang Tua"