Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Temperatur Kebutuhan Emosi Diri

 Bismillahirrohmannirrohim

Setelah hampir sembilan bulan dari perkuliahan matrikulasi, akhirnya kini tiba saatnya untuk terbang lebih tinggi lagi. Selamat datang di pantai bentang petualang Bunda Sayang batch 8. Baru pertama mendarat sudah diajak piknik dan disuguhi materi yang menarik, tentunya untuk menggali lebih dalam tentang diri sendiri agar nantinya mampu menjadi ibu yang lebih bahagia. Pada zona 1 ini kami ditemani oleh Kakawi Mba Nuni. Tantangan pada zona 1 yang harus kami selesaikan adalah tentang Self Awareness, Mengenal Diriku, Mempengaruhi Cara Pengasuhanku.

Tantangan Zona 1 Hari Ke-1 - "Temperatur" Kebutuhan Emosi Diri

Pada tantangan hari pertama ini ada tujuh poin yang harus saya jawab dan saya jabarkan alasannya. Kebutuhan emosi diri saya tentu berhubungan dengan orang terdekat saat ini yaitu anak dan suami. 

1. Merasa Dicintai - ya

   Kapan aku merasa dicintai: sebagai seorang istri saya merasa dicintai ketika suami tahu apa yang diinginkan oleh istrinya. Jika dengan anak ketika tiba-tiba menciumi saya dan bilang aku sayang mama. Kalimat itu rasanya sudah tidak ada obat lagi, sungguh tenang dan melegakan. 

   Kapan aku merasa tidak dicintai: perasaan ini kadang muncul ketika emosi dari orang sekitar saya sedang tidak baik yang akhirnya membuat saya merasa tidak dicintai, misal ketika mereka marah terhadap suatu hal dan akhirnya tanpa sengaja dilampiaskan kepada saya. 

2. Merasa Dipahami - ya

   Kapan aku merasa dipahami: sebagai ibu yang sibuk di ranah domestik, tentu tidak luput dari pekerjaan rumah yang tidak ada ujungnya. Saya merasa dipahami ketika suami dengan senang hati membantu pekerjaan rumah tanpa saya meminta tolong atau ketika anak ketika saya mintai tolong langsung tanggap melaksanakannya. Hal itu membuat saya merasa dipahami. 

   Kapan aku merasa tidak dipahami: perasaan ini muncul ketika kita sudah lelah dengan banyaknya pekerjaan yang kita lakukan tetapi orang disekitar hanya berpangku tangan dan asyik dengan kesibukan masing-masing. Disitulah terkadang muncul perasaan tidak dipahami.

3. Merasa Dihargai - ya

   Kapan aku merasa dihargai: hal yang sepele tetapi bermakna bagi saya adalah ucapan terima kasih dari anak atau suami ketika saya melakukan suatu hal untuk mereka. Meskipun hanya membuatkan kopi untuk suami atau menyiapkan bekal untuk anak, ''terima kasih mama''. Kalimat itu rasanya sudah menyejukkan hati.

   Kapan aku merasa tidak dihargai: kalau ini tentu kebalikannya. Ketika kita sudah melakukan suatu hal dengan susah payah tetapi tidak dihargai sama sekali, misalnya sudah susah payah memasak tetapi tidak ada yang memakannya. Sebagai seorang ibu itu sangat menyakitkan. 

4. Merasa Bernilai - ya

   Kapan aku merasa bernilai: saya merasa bernilai di depan anak dan suami ketika mampu membantu mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Rasanya ketika masalah itu terselesaikan ada perasaan bangga dan berkesan. 

   Kapan aku merasa tidak bernilai: saya merasa tidak bernilai ketika tidak dapat bermanfaat untuk orang lain.

5. Merasa Kompeten - ya

   Kapan aku merasa kompeten: perasaan ini muncul ketika saya mampu menjadi teman diskusi yang baik dengan suami, teman bermain yang seru dengan anak-anak, serta mampu menyajikan menu sehat untuk keluarga. Ketika hal itu tercapai berasa jadi istri dan ibu idaman untuk keluarga.

   Kapan aku merasa tidak kompeten: untuk mencapai hal kompeten sering kali masih mengalami kendala terutama ketika perasaan lelah dan malas melanda, terkadang untuk menyajikan menu sehat untuk keluarga terasa berat, apalagi menciptakan permainan yang seru untuk anak-anak di rumah. Ketika hal itu tidak terwujud rasanya menjadi ibu yang tidak kompeten.

6. Merasa Aman - ya

   Kapan aku merasa aman: saya merasa aman ketika berada dekat dengan keluarga dan lingkungan yang sehat, dalam artian lingkungan yang baik untuk saya dan keluarga saya tumbuh sehat baik secara jasmani maupun rohani.

   Kapan aku merasa tidak aman: menjadi anak rantau tentu kita tidak bisa memilih dekat dengan siapa kita tinggal. Lingkungan baru dan berpindah tempat sudah menjadi makanan sehari-hari. Saya merasa tidak aman apabila di dalam lingkungan tersebut terdapat toxic people yang mampu mempengaruhi perkembangan buah hati saya dan keluarga saya.

7. Merasa Diabaikan - tidak

   Kapan aku merasa diperhatikan: saya selalu merasa diperhatikan ketika sedang tidak baik ditanya kenapa dan butuh apa oleh suami, jadi tidak larut dengan perasaan sendiri. Hal yang menurut saya lebih manis yaitu ketika makan tersedak dengan sigap anak saya mengambilkan minum, disitu ada perasaan bahagia sekali. Sederhana namun berkesan.

   Kapan aku merasa diabaikan: saya merasa diabaikan apabila suami sudah sibuk dengan gadget dan pekerjaannya, apabila anak-anak sudah asyik dengan dunia mereka. Keadaan ini yang membuat saya merasa diabaikan.

Ketujuh poin ini tentu saja sebelumnya tidak pernah terpikirkan, hidup ya sudah dijalani saja terkadang ada perasaan tidak terima, terkadang ada perasaan tidak dihargai, emosi yang meledak dan tidak terkontrol, namun kadang merasa dicintai, merasa bernilai. Ternyata ketujuh poin ini setelah saya baca kembali selalu berulang dalam keseharian. Hal-hal ini yang membuat emosi saya bisa naik turun dan hal inilah yang membuat saya merasa senang, sedih, atau kecewa. Tetapi terkadang lingkungan tidak selalu terjadi seperti yang kita inginkan. Maka kitalah yang harus pandai menggiring emosi untuk tetap berada di zona yang aman.

Eva N. - Regional Karawang

#tantanganzona1

#bundasayang8

#institutibuprofesional

#ibuprofesionaluntukindonesia

#bersinergijadiinspirasi

#ip4id2023

Post a Comment for "Temperatur Kebutuhan Emosi Diri"