Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Terbang ke Jerman Pertama Kali

Terbang ke Jerman

Hallo sahabat Ruang Tumbuh, kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang keberangkatan pertama saya ke Jerman. Hari ini adalah hari "Nano-Nano". Seperti permen yang mempunyai banyak rasa, senang, sedih, terharu, tegang semuanya jadi satu. Jerman adalah negara yang saya impikan sejak duduk di bangku kuliah. Beberapa kali saya mencoba ke sana tetapi selalu ada halangan yang menghadang, tetapi Allah akhirnya mendengarkan doa saya. Hari ini saya berangkat ke Jerman. Negara yang orang bilang paling maju teknologi dan industrinya itu, negara yang kaya dan penduduknya disiplin serta sangat menghargai waktu. Hari ini saya akan merasakan semua yang orang bilang itu.
Kali ini saya ke Jerman dalam rangka pertukaran budaya atau biasa dikenal dengan Aupair. Apa saja yang harus dipersiapkan dan bagaimana perjalanan saya hingga tiba di Jerman, yuk kita bahas satu persatu.

Persiapan di Bandara Soekarno-Hatta

Hari ini, 4 April 2015 adalah hari terakhir menginjakkan kaki di tanah air Indonesia. Tiket sudah ditangan dan saatnya kita terbang ke Jerman. Kali ini saya akan terbang bersama maskapai Garuda Indonesia. Rute perjalanan saya dari Jakarta - Abu Dhabi - Amsterdam - Jerman. Jadi pesawat saya waktu itu berhenti di Abu Dhabi untuk menurunkan beberapa penumpang, kemudian lanjut ke Amsterdam. Sampai di Amsterdam saya transit dan ganti menggunakan KLM untuk terbang ke Jerman. Setelah kalian memiliki tiket jangan lupa cek berulang kali jam keberangkatan pesawat kalian. Usahakan minimal 1 jam sebelum keberangkatan kalian sudah sampai di bandara ya karena banyak prosedur yang harus kalian lewati. Jangan sampai penerbangan yang penting terlewatkan karena kalian terlambat ya.

Penerbangan saya masih pukul 23.05 tetapi sekitar pukul 21.30 WIB saya sudah tiba di bandara. Saya belum sempat sholat isya akhirnya saya mencari mushola dan melaksanakan sholat isya terlebih dahulu karena pintu check-in juga belum dibuka. Ini adalah sholat terakhir saya sebelum keberangkatan. Setelah sholat saya segera menuju gerbang pemberangkatan. Saat itu saya melepaskan semua air mata. Saya menggenggam semua rindu untuk bekal setahun ke depan. Bismillahirrohmannirrohim. Satu kata yang terucap. Akhirnya saya berada di gerbang pengecekan paspor dan berkas lainnya. Usahakan kalian membawa tas kecil untuk membawa semua berkas yang dibutuhkan ya agar ketika pengecekan tidak ribet membuka tas rangsel.
Alhamdulillah semua pengecekan berkas di imigrasi aman dan koper saya tidak melebihi batas sehingga tidak perlu membayar ekstra. Sekarang saya pun sudah duduk manis di ruang tunggu. Oh ya teman-teman jangan lupa air minum tidak boleh dibawa masuk ya. Ketika itu saya lupa membawa air mineral dan alhasil ketika akan masuk air itu harus ditinggalkan.

Beberapa menit yang lalu saya masih terlihat normal, tetapi sekarang saya terlihat paling aneh, semuanya warga negara asing alias bule. Saya terlihat langka sekarang. Mungkin hanya ada segelintir orang Indonesia yang saya lihat saat itu. Setelah beberapa menit menunggu akhirnya saya masuk pesawat juga. Tepat pukul 23.05 WIB pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. 
Di dalam pesawat ternyata di samping saya juga orang Indonesia, kak Maria namanya. Dia waktu itu bersama putra kecilnya yang berusia sekitar empat tahun ingin terbang ke Amsterdam. Kak Maria kini sudah menikah dengan orang Belanda dan dia sekarang sudah menjadi warga negara Belanda. Di samping saya lagi ada seorang ibu dengan anak gadisnya ingin terbang ke Abu Dhabi, mereka ingin jalan-jalan di sana. Kami banyak bercerita dan dari situ saya juga banyak mengambil pelajaran.

Transit di Amsterdam

Perjalanan berjalan lancar dan tenang. Meskipun lelah saya berusaha bertahan. Sesekali air mata menetes ketika mengingat tentang Indonesia. Saya akhirnya memilih untuk tidur. Beberapa jam lagi pesawat mendarat di Abu Dhabi, baru setelah itu melanjutkan perjalanan ke Amsterdam. Setelah sekitar 15 jam perjalanan akhirnya saya sampai juga di Amsterdam Schiphol. Bandara yang cukup besar dan lumayan membingungkan bagi saya yang pertama kali menginjakkan kaki di Belanda. Panik kembali melanda karena waktu transit hanya satu jam. Saya harus segera menuju T9 karena di sana pesawat KLM lanjutan dari Garuda Indonesia akan diberangkatkan. Setelah setengah jam berjalan akhirnya sampai di T9. Apa yang akan terjadi?

Sebelum saya menuju T9 sudah disediakan mesin khusus untuk check-in secara mandiri. Tapi ternyata setelah bertanya dan menunjukkan tiket, petugasnya mengatakan kalau penerbangan ini tidak ada di jadwal. Akhirnya saya diminta untuk mengecek jadwal di blue machine yang ada di ruang petugas. Setelah mencoba memasukkan data ternyata benar, tidak ada jadwal pesawat saya. Saya kembali bingung, setengah jam lagi pesawat berangkat. Tapi kembali Allah menurunkan pertolongan. Ada orang Indonesia yang tiba-tiba menyapa saya dari belakang. „Mbak mau ke Jerman juga ya?“ Saya kaget tetapi sekaligus senang. Dia ternyata juga ingin ke Jerman, tetapi pesawatnya masih tiga jam lagi. Melihat saya yang panik akhirnya ia membantu mencarikan pemberangkatan pesawat saya. Setelah bertanya ke petugas pusat akhirnya kami masing-masing menemukan gate pemberangkatan. B18 adalah gate yang harus saya tuju. Setelah berjalan beberapa menit akhirnya sampai juga di depan bus yang mengantarkan saya menuju pesawat KLM. Perjalanan dari Amsterdam ke Jerman membutuhkan waktu satu jam dan itu artinya satu jam lagi saya akan tiba di Frankfurt, Jerman.

Di dalam pesawat saya sempat berkenalan dengan seorang wanita dari Afrika. Dia sangat ramah dan baik. Dengan bahasa Inggris ala kadarnya akhirnya tercipta obrolan kecil dengannya. Kami pun berjalan sampai bandara dan bersama mengambil koper. Sampai akhirnya di pintu keluar kami berpisah.

Tiba Pertama Kali di Jerman 

Di bandara Frankfurt saya sudah di jemput oleh kakak tingkat di bangku kuliah, kak Esty namanya. Dia beberapa kali mengabadikan foto saya dari kejauhan ketika baru tiba. Air mata pun tumpah di pundaknya. Lega, sedih, senang, dan bingung jadi satu. Dia pun memeluk saya sambil mengucap salam, Assalamualaikum, cie udah di Jerman niye.

Kami pun memanfaatkankan waktu yang ada untuk mencari kartu perdana baru dan mencari tempat untuk duduk dan ngobrol bersama. Saya mengirim pesan singkat untuk keluarga di Indonesia dan mengabarkan kalau saya sudah tiba di Jerman. Satu pesan lagi saya tujukan untuk keluarga di Jerman supaya mereka siap menjemput di Stuttgart nanti malam pukul 19.05 waktu Jerman. Setelah lama berbincang-bincang saya akhirnya diantar ke halte bus yang akan membawa saya ke Stuttgart. Yah, saya berpisah dengan kak Esty dan akan memulai petualangan baru di Jerman. Bismillahirrohmannirrohim.

Post a Comment for "Pengalaman Terbang ke Jerman Pertama Kali"