Berkabungnya Orang Jerman
Berkabung di Jerman
Hallo sahabat Ruang Tumbuh semua. Kali ini saya akan berbagi tentang cerita tentang kehilangan seseorang yang kita sayangi. Semua berawal dari sebuah firasat. Sebulan yang lalu tepat saya memimpikan bercengkerama mesra bersama nenek saya. Setelah bangun saya merasa, sudah lama sekali tidak mendengar kabar tentang beliau. Saya ingin mengirimkan pesan kepada paman saya yang tinggal serumah dengan beliau tetapi saya sering lupa. Seminggu kemudian saya mendapat SMS dari ibu di Indonesia, "Nak, ini tadi ibuk dari rumah mbah putri. Beliau sekarang lagi sakit. Dia berpesan nanti kalau kamu sudah pulang dari Jerman suruh nginep ke rumahnya. Mau diajak tidur bareng sama si mbah. Pengen peluk kamu katanya".
Renyuh rasanya mendengar permintaan sederhana beliau. Dalam angan, dua bulan lagi saya pulang. Pasti saya akan memenuhi apa yang diinginkan beliau. Kemarin tepat tanggal 28 Januari 2015 pukul 22.28 (waktu Jerman) saya mendapat pesan dari sepupuku yang bekerja di Bali, "Mbak, mbah meninggal dunia".
Diam sesaat dan berpikir, apakah ini kenyataan?
Saya membaca berulang-ulang pesan tersebut dan segera membalasnya. Benar ternyata, ini bukan mimpi. Air mata ini tidak bisa lagi dibendung. Saya menangis sendirian di bawah selimut. Hanya rasa sesak dan sesal di dada yang saya rasakan. Ya Allah, kenapa Engkau ambil beliau disaat saya belum bisa memenuhi keinginannya. Saya ingin pulang saat itu juga, ingin memeluk dan merangkulnya tapi ada daya tangan tak mampu. Tiket untuk kepulangan sudah saya beli beberapa hari yang lalu dan untuk membelinya lagi saya harus menabung kembali.
Lilin Pertanda Duka di Jerman
Hari itu saya benar-benar biru dan sendu. Ibu dan ayah angkat saya memelukku erat. Mereka menyalakan lilin dalam sehari itu, tanda bahwa kami sedang berduka dan mereka bilang bahwa nenek saya masih ada dan bercahaya seperti lilin itu. Tetangga depan rumah saya, Ev juga datang dan menyampaikan bela sungkawa kepada saya. Jadi istilah orang Jerman individualis itu tidak seratus persen benar. Mereka akan baik dan sangat peduli kepada kita jika mereka dekat dengan kita. Ibu angkat saya juga menemani saya seharian. Kami duduk bersama di atas sofa dan menceritakan apa yang pernah saya lakukan dimasa lalu bersama nenek. Suasana musim dingin kala itu menambah sendu hati ini.
Dua bulan kemudian saya pulang ke Indonesia. Ketika lelah ini mulai mereda dan batin ini siap saya berkunjung ke rumah paman dimana nenek saya tinggal. Saat saya mengucap salam dan memasuki rumah hanya ada seorang yang menjawab salam. Bibi saya hanya diam dan langsung memeluk. Tangis itu pun meledak, rasanya baru kemarin saya duduk bersamanya namun kini beliau sudah tidak lagi di rumah itu. Semua hanya tinggal kenangan. Selamat jalan nenekku tersayang, engkau akan tetap dihatiku. Kenangan indah bersamamu akan selalu ada dalam sanubariku. Aku sangat menyayangimu. :-)
Post a Comment for "Berkabungnya Orang Jerman "